Dusta Pangkal Petaka
Akibat dari semua itu antara lain korupsi. Ternyata korupsi bukan hanya
dapat dilakukan oleh orang-orang besar yang memiliki peluang-peluang
besar serta memiliki kekuasaan besar. Tetapi juga dapat dilakukan oleh
segala lapisan umat dengan kemungkinan serta peluang sekecil apapun.
Pedagang buah bisa melakukan korupsi dengan menipu timbangan, pedagang
kain bisa melakukan korupsi melalui penipuan tentang ukuran kain,
pesuruh kecil di kantor-kantor bisa melakukan perbuatan korupsi dengan
tidak mengembalikan uang belanja yang seharusnya, pegawai dengan
mengelabuhi nota atau kwitansi sementara toko atau perusahaan tempat
belanja justeru mendukung terjadinya pembuatan kwitansi palsu. Pelajar
dan mahasiswa juga dapat melakukan tindakan korupsi ketika menjadi
pengurus keuangan dengan membuat laporan-laporan palsu atau fiktif,
betapapun kecilnya, atau ketika melakukan penipuan dengan kebiasaan
nyontek pada saat ujian. Lembaga-lembaga pendidikanpun dapat melakukan
tindak penipuan atau korupsi melalui rekayasa laporan-laporan keuangan,
atau upaya-upaya tidak jujur lainnya. Jika terjadi demikian pada
lembaga-lembaga pendidikan yang nota bene merupakan lembaga kaderisasi
manusia dan pemimpin masa depan, maka kelak akan lahir manusia-manusia
yang terdidik tidak jujur, menjadi penipu terpelajar, koruptor dan lain
sebagainya.
Meneladani Nabi Ibrâhîm Alaihissallam
Al-Hâfihz Ibnu Katsiir rahimahullah berkata,"Penduduk negeri harran
adalah kaum musyrikin penyembah bintang dan berhala. Seluruh penduduk
bumi adalah orang-orang kafir kecuali Ibrâhîm Alaihissallam , isterinya,
dan kemenakannya, yaitu Nabi Luth Alaihissallam . Ibrâhîm Alaihissallam
terpilih menjadi hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menghapus
kesyirikan tersebut dan menghilangkan kebatilan-kabatilan yang sesat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menganugerahkan kepadanya kegigihan
sejak masa kecilnya. Beliau diangkat menjadi Rasul, dan Allah Subhanahu
wa Ta’ala memilihnya sebagai kekasih Allah Subhanahu wa Ta’ala pada masa
berikutnya. Awal dakwah tauhid yang beliau Alaihissallam tegakkan,
ialah diarahkan kepada ayahnya, karena ia seorang penyembah berhala dan
yang paling berhak untuk diberi nasihat". Syaikh as-Sa`di rahimhahullah
berkata,"Ibrâhîm Alaihissallam adalah sebaik-baik para nabi setelah Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, … yang telah Allah Subhanahu wa
Ta’ala jadikan kenabian pada anak keturunnya. Dan kepada mereka
diturunkan kitab-kitab suci. Dia telah mengajak manusia menuju Allah
Subhanahu wa Ta’ala, bersabar terhadap siksa yang ia dapatkan (dalam
perjalanan dakwahnya), ia mengajak orang-orang yang dekat (dengannya)
dan orang-orang yang jauh.
Berjabat Tangan Sunnahkah?
Berjabat tangan adalah sunnah yang disyari'atkan dan adab mulia para
shahabat Radhiyallahu anhum yang dipraktikkan sesama mereka tatkala
berjumpa. Imam Bukhâri rahimahullah dalam kitab al-Isti'dzân dalam kitab
Shahihnya memuat sebuah bab yang berjudul Babul Mushafahah (Bab:
Berjabat Tangan). Dalam bab ini, beliau rahimahullah membawakan beberapa
hadits yang menjelaskan sunnahnya berjabat tangan tatkala bersua. Islam
adalah agama yang sempurna, mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.
Asasnya adalah aqidah yang benar, bagunannya adalah amal shalih dan
hiasannya adalah akhlak yang mulia. Sebuah pondasi tidak akan bernilai
tinggi, jika tidak ada bangunan di atasnya; Sebuah bangunan akan rapuh,
meski terkesan kokoh jika pondasinya tidak kuat dan sebuah bangunan
tidak akan enak dipandang jika hampa dari hiasan. Artinya, ketiga unsur
merupakan satu-kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Diantara
akhlak islami yang mulia yang menghiasi diri kaum muslimin dan terhitung
sebagai bukti atau kensekuensi persaudaraan sejati yaitu berjabat
tangan tatkala berjumpa. Pertanyaannya, bagaimana aturan Islam dalam
berjabat tangan yang mendatangkan kebaikan itu ? Sudah benarkah praktik
yang dilakukan oleh kaum Muslimin sekarang ini ? Ini perlu sekali untuk
diketahui bersama, karena tidak beberapa lagi kita akan melaksanakan
ibadah puasa yang diakhiri dengan hari raya Idul Fithri. Pada hari ini,
biasanya berjabat tangan itu seakan sudah menjadi kewajiban yang tidak
boleh ditinggalkan
Kunci Sukses Bermu'amalah
Al Husain, menuturkan keluhuran budi pekerti beliau. Ia berkata : Aku
bertanya kepada ayahku tentang adab dan etika Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam terhadap orang-orang yang bergaul dengan beliau.
Ayahku mengatakan, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam senantiasa
tersenyum, berbudi pekerti luhur lagi rendah hati. Beliau bukan seorang
yang kasar, tidak suka berteriak-teriak, bukan tukang mencela, tidak
suka mencela makanan yang tidak disukainya. Siapa saja yang
mengharapkannya, pasti tidak akan kecewa. Dan siapa saja yang memenuhi
undangannya, pasti akan senantiasa puas. Beliau meninggalkan tiga
perkara, (yaitu) riya, berbangga-bangga diri, dan dari yang tidak
bermanfaat. Dan beliau menghindarkan diri dari manusia karena tiga
perkara, (yaitu): beliau tidak suka mencela atau memaki orang lain,
beliau tidak suka mencari-cari aib orang lain, dan beliau hanya
berbicara untuk suatu maslahat yang bernilai pahala. Jika berbicara,
pembicaraan beliau membuat teman-teman duduknya tertegun, seakan-akan
kepala mereka dihinggapi burung (karena khusyuknya). Jika beliau diam,
barulah mereka berbicara. Mereka tidak pernah membantah sabda beliau.
Bila ada yang berbicara di hadapan beliau, mereka diam memperhatikannya
sampai ia selesai bicara. Pembicaraan mereka di sisi beliau hanyalah
pembicaraan yang bermanfaat saja. Beliau tertawa bila mereka tertawa.
Marah Yang Terpuji
Seseorang yang marah karena perkara-perkara dunia, maka kemarahan
seperti ini tercela. Oleh karenanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam menasihati seseorang dengan berulang-ulang supaya tidak marah.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, bahwa seorang laki-laki berkata
kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam,“Berilah wasiat kepadaku.”
Nabi menjawab,“Janganlah engkau marah.” Laki-laki tadi mengulangi
perkataannya berulang kali, beliau (tetap) bersabda,“Janganlah engkau
marah.” Maka jika seseorang ditimpa kemarahan, jangan sampai kemarahan
itu menguasai dirinya. Karena jika telah dikuasai oleh kemarahan, maka
kemarahan itu bisa menjadi pengendali yang akan memerintah dan melarang
kepada dirinya! Janganlah melampiaskan kemarahan. Karena kemarahan itu
sering menyeret kepada perkara yang haram. Seperti : mencaci, menghina,
menuduh, berkata keji, dan perkataan haram lainnya. Atau memukul,
menendang, membunuh, dan perbuatan lainnya. Tetapi hendaklah
mengendalikan diri dan emosinya agar tidak melampiaskan kemarahan,
sehingga keburukan kemarahan itu akan hilang. Bahkan kemarahan akan
segera reda dan hilang. Seolah-olah tadi tidak marah. Sifat seperti
inilah yang dipuji oleh Allah dan Rasul Nya.
Pentingnya Kejujuran Demi Tegaknya Dunia Dan Agama
Allah juga menyifatkan para nabiNya dengan sifat jujur. Lalu Dia
mendukung para nabi itu dengan mukjizat dan tanda-tanda agung sebagai
bukti kejujuran (kebenaran) mereka, dan untuk menghancurkan kebohongan
para musuh Allah. Diantara bentuk dukungan terbesar Allah kepada para
nabi, ialah pemusnahan musuh-musuh Allah dengan topan, angin ribut,
petir, gempa bumi, ada yang di tenggelamkan ke tanah dan air. Sementara
para nabi dan pengikut mereka diselamatkan. Semua ini merupakan bukti
dari Allah atas kejujuran para nabiNya, bahwa mereka benar utusanNya dan
(sebagai) penghinaan kepada musuh Allah dan musuh para rasul. Diantara
para nabi yang disifati dengan sifat jujur dalam Al Qur’an, yaitu:
Ibrahim, Ismail dan Idris. Allah menyifatkan mereka dengan sifat jujur.
Ini menunjukkan kokohnya sifat itu pada diri mereka. Dan bahwasanya
perkataan, perbuatan, janji serta perjanjian-perjanjian mereka, semuanya
tegak di atas kejujuran. Semua ayat dalam Al Qur’an, yang dengannya
Allah menantang manusia dan jin untuk membuat yang serupa dengannya
-namun mereka tidak bisa- merupakan bukti terbesar atas kejujuran
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa dia benar-benar Rasulullah
dan penutup para nabi.
Sumber:http://almanhaj.or.id/category/view/17/page/1
Sumber:http://almanhaj.or.id/category/view/17/page/1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar