Selasa, 04 Oktober 2011

Bicaralah Yang Baik


Bicaralah Yang Baik
(Syeikh Abdul Wahab Asy SyaOrani)


            Diantara ahlak orang beriman adalah banyak lapar dan tak sampai kenyang bila makan, yang demikian itu untuk memper banyak diam dan mengurangi bicara dan canda mereka, seperti halnya para ulam yang mengamalkan agama.
Muhammad Rahibi berkata: ”Barang siapa memasukkan makanan melebihi dari yang dibutuhkan maka lisanya mengeluarkan perkataan yang tidak dibutuhkan pula.”
Sufyan Ats Tsauri berkata: ”Melempar orang dengan panah lebih ringan dari pada dengan lisan”
Imam Syafi’i berkata: ” Kata-kata itu ibarat panah, apabila keluar dari kamu, maka ia menguasai kamu”
Jabir bin Abdullah ra. Bertaya kepada Nabi : ” Wahai Rasul, apa yang paling engkau kawatirkan padaku ?” beliau menjawab ”ini” sambil menunuk pada lisanya.
Ibrahim an Nakhi berkata: ”Barang siapa merenung ia menemukan orang yang paling mulia dalam majelis dan paling berwibawa, yaitu orang yang paling banyak diam, karena diam adalah hiasan orang alim dan kelambu bagi oang bodoh”
Wahib bin Ward berkata: ”Keselamatan jiwa ada sepuluh bagian, sembilan diantaranya ada pada diam,dan satu ada pada lari dari manusia.”
Hasan Basri berkata: ” Sunggu mengherankan, anak adam yang diberi lisan justru berbicara hal-hal yang tidak penting baginya.”
Ma’ruf al Kharkhi berkata: ” Perkataan seseorang yang tidak bermakna merupakan penginaan Allah terhadap orang itu”
Malik bin Dinar berkata: ”Perkataan yang tidak berguna mengeraskan hati dan melemahkan badan dan menyulitkan rizki”
Fadil bin Iyadh berkata: ”Dengan lisan kepala dipelihara”
Basyar al Hanafi adalah seorang yang sedikit bicara, dan ia berkata pada sahabatnya: ” Lihatlah apa yang terisi dalam catatan amal perbuatan kalian, sesunggunya itu akan dibacakan kepada Tuhan kalian. Maka celakalah  bagi orang yang berbicara keburukan. Seandainya diantara kalian mengatakan keburukan kepada saudranya, tentu itu ia tidak punya malu padanya. Maka bagaimanakah jika pada Allah Swt.”
Abu bakar meletakkan batu dimulutnya dan melakukan demikian hingga beberapa tahun hingga ia bisa sedikit bicara ia melakukan itu karena khawatir akan berbicara yang tidak penting. Kemudian ketika wafat ia mengeluarkan batu itu dari mulutnya.
Yunus bin Ubaid berkata: ” Meninggalkan perkataan yang tidak penting lebih berat dari pada puasa seharian. Sebab mungkin orang tahan berpuasa di hari panas terik, tapi  tidak tahan meninggalkan kata-kata yang tidak berguna.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar