Selasa, 04 Oktober 2011

Wanita Shaliha


Wanita Shaliha

Wanita Shalihah Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya
pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja
bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri. Mulialah wanita
shalihah. Di dunia, ia akan menjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan
melahirkan generasi dambaan. Jika ia wafat, Allah akan menjadikannya bidadari di
surga. Kemuliaan wanita shalihah digambarkan Rasulullah Saw. dalam sabdanya,
"Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah".
(HR. Muslim). Dalam Al-Quran surat An-Nur: 30-31, Allah Swt. memberikan gambaran

wanita shalihah sebagai wanita yang senantiasa mampu menjaga pandangannya. Ia
selalu taat kepada Allah dan Rasul Nya. Make up- nya adalah basuhan air wudhu.
Lipstiknya adalah dzikir kepada Allah. Celak matanya adalah memperbanyak bacaan
Al-Quran. Wanita shalihah sangat memperhatikan kualitas kata-katanya. Tidak ada
dalam sejarahnya seorang wanita shalihah centil, suka jingkrak-jingkrak, dan
menjerit-jerit saat mendapatkan kesenangan. Ia akan sangat menjaga setiap tutur
katanya agar bernilai bagaikan untaian intan yang penuh makna dan bermutu
tinggi. Dia sadar betul bahwa kemuliaannya bersumber dari kemampuannya menjaga
diri (iffah). Wanita shalihah itu murah senyum. Baginya, senyum adalah shadaqah.
Namun, senyumnya tetap proporsional. Tidak setiap laki-laki yang dijumpainya
diberikan senyuman manis. Senyumnya adalah senyum ibadah yang ikhlas dan tidak
menimbulkan fitnah bagi orang lain. Wanita shalihah juga pintar dalam bergaul.
Dengan pergaulan itu, ilmunya akan terus bertambah. Ia akan selalu mengambil
hikmah dari orang-orang yang ia temui. Kedekatannya kepada Allah semakin baik
dan akan berbuah kebaikan bagi dirinya maupun orang lain. Ia juga selalu menjaga
akhlaknya. Salah satu ciri bahwa imannya kuat adalah kemampuannya memelihara
rasa malu. Dengan adanya rasa malu, segala tutur kata dan tindak tanduknya
selalu terkontrol. Ia tidak akan berbuat sesuatu yang menyimpang dari bimbingan
Al-Quran dan Sunnah. Ia sadar bahwa semakin kurang iman seseorang, makin kurang
rasa malunya. Semakin kurang rasa malunya, makin buruk kualitas akhlaknya. Pada
prinsipnya, wanita shalihah adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Rambu-rambu kemuliaannya bukan dari aneka aksesoris yang ia gunakan. Justru ia
selalu menjaga kecantikan dirinya agar tidak menjadi fitnah bagi orang lain.
Kecantikan satu saat bisa jadi anugerah yang bernilai. Tapi jika tidak
hati-hati, kecantikan bisa jadi sumber masalah yang akan menyulitkan pemiliknya
sendiri. Saat mendapat keterbatasan fisik pada dirinya, wanita shalihah tidak
akan pernah merasa kecewa dan sakit hati. Ia yakin bahwa kekecewaan adalah
bagian dari sikap kufur nikmat. Dia tidak akan merasa minder dengan
keterbatasannya. Pribadinya begitu indah sehingga make up apa pun yang
dipakainya akan memancarkan cahaya kemuliaan. Bahkan, kalaupun ia "polos" tanpa
make up sedikit pun, kecantikan jiwanya akan tetap terpancar dan menyejukkan
hati orang-orang di sekitarnya. Jika ingin menjadi wanita shalihah, maka
belajarlah dari lingkungan sekitar dan orang-orang yang kita temui. Ambil
ilmunya dari mereka. Bahkan kita bisa mencontoh istri-istri Rasulullah Saw.
seperti Aisyah. Ia terkenal dengan kekuatan pikirannya. Seorang istri seperti
beliau bisa dijadikan gudang ilmu bagi suami dan anak-anak. Contoh pula Siti
Khadijah, figur istri shalihah penentram batin, pendukung setia, dan penguat
semangat suami dalam berjuang di jalan Allah Swt. Beliau berkorban harta,
kedudukan, dan dirinya demi membela perjuangan Rasulullah. Begitu kuatnya kesan
keshalihahan Khadijah, hingga nama beliau banyak disebut-sebut oleh Rasulullah
walau Khadijah sendiri sudah meninggal. Bisa jadi wanita shalihah muncul dari
sebab keturunan. Seorang pelajar yang baik akhlak dan tutur katanya, bisa jadi
gambaran seorang ibu yang mendidiknya menjadi manusia berakhlak. Sulit
membayangkan, seorang wanita shalihah ujug-ujug muncul tanpa didahului sebuah
proses. Di sini, faktor keturunan memainkan peran. Begitu pun dengan pola
pendidikan, lingkungan, keteladanan, dan lain-lain. Apa yang tampak, bisa
menjadi gambaran bagi sesuatu yang tersembunyi. Banyak wanita bisa sukses. Namun
tidak semua bisa shalihah. Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung
ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal,
bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri. Tidak
akan rugi jika seorang remaja putri menjaga sikapnya saat mereka berinteraksi
dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Bertemanlah dengan orang-orang yang
akan menambah kualitas ilmu, amal, dan ibadah kita. Ada sebuah ungkapan
mengatakan, "Jika kita ingin mengenal pribadi seseorang maka lihatlah
teman-teman di sekelilingnya." Peran wanita shalihah sangat besar dalam
keluarga, bahkan negara. Kita pernah mendengar bahwa di belakang seorang
pemimpin yang sukses ada seorang wanita yang sangat hebat. Jika wanita shalihah
ada di belakang para lelaki di dunia ini, maka berapa banyak kesuksesan yang
akan diraih. Selama ini, wanita hanya ditempatkan sebagai pelengkap saja, yaitu
hanya mendukung dari belakang, tanpa peran tertentu yang serius. Wanita adalah
tiang Negara. Bayangkanlah, jika tiang penopang bangunan itu rapuh, maka sudah
pasti bangunannya akan roboh dan rata dengan tanah. Tidak akan ada lagi yang
tersisa kecuali puing-puing yang nilainya tidak seberapa. Kita tinggal memilih,
apakah akan menjadi tiang yang kuat atau tiang yang rapuh? Jika ingin menjadi
tiang yang kuat, kaum wanita harus terus berusaha menjadi wanita shalihah dengan
mencontoh pribadi istri-istri Rasulullah. Dengan terus berusaha menjaga
kehormatan diri dan keluarga serta memelihara farji-nya, maka pesona wanita
shalihah akan melekat pada diri kaum wanita kita.

Kenapa saya ???
Who am I
Ketika Si A berhasil lulus UMPTN setelah belajar keras, menceritakan kepada
teman-temannya bahwa itu hasil kerja kerasnya. Ketika Si B sakit menceritakan
bahwa itu akibat kebanyakan merokok. Ketika Si C masuk penjara menceritakan
bahwa itu karena ia dengan sengaja melakukan kejahatan. Si D menjadi kaya karena
ia senantiasa berzakat dan berinfaq, dan seterusnya.
Benarkah demikian perilaku manusia yang senantiasa diliputi oleh sebab akibat?
Marilah kita bahas pelan-pelan dengan menggunakan logika. Benar atau tidaknya
suatu materi pelajaran tidak boleh lepas dari dalil aqli, naqli, sam'i, dan
fi'il.
Allah menciptakan manusia dalam 2 bentuk, yaitu jasmani dan rohani. Mata sebagai
jasmani dan penglihatan sebagai rohani. Telinga sebagai jasmani dan pendengaran
sebagai rohani. Dalilnya adalah "tiada yang memperdengarkan kecuali Allah (la
musamar ilalah), tiada yg memperlihatkan kecuali Allah (La mubasar ilallah),
tiada yg memperjalankan, memperasakan,menyelesaikan....dst kecuali Allah", dan
masih banyak yang lain hingga menjadi La ilaha ilalah (tiada tuhan melainkan
Allah).
Menyimak hal ini manakah perbuatan-perbuatan di atas baik yg disebut sukses atau
gagal yang merupakan perbuatan/kehendak manusia? Tidak ada! Lantas untuk apa
Allah menciptakan hal-hal yg disebut baik-buruk, mulia-hina, tinggi-rendah,
sehat-sakit, dsb? "Ciptaan Allah tidak ada yang sia-sia", jika ada yg sia-sia
maka Allah menjadi tidak Maha Kuasa. Bagaimana penjelasannya?
Sehat tidak akan dikenal tanpa dikenalkan melalui sakit sebagai pembandingnya,
tinggi tidak akan dikenal tanpa memunculkan rendah, mulia tidak akan dikenal
tanpa memunculkan hina sebagai pembandingnya, dsb.
Allah menciptakan segala sesuatu selalu berpasang-pasangan, yaitu tinggi-rendah,
hina-mulia, kaya-miskin, sehat-sakit, pintar-bodoh, dsb adalah agar semua itu
dapat dimaknai, artinya tanpa ada si rendah, maka si tinggi tidak akan dikenal,
tanpa ada si hina maka tidak akan dikenal si mulia, tanpa dihadirkan si sakit,
maka tidak akan dikenal si pintar, dsb. Maka dari itu hadirnya si miskin adalah
tidak selamanya, maka akan diganti dengan kaya. hadirnya si sehat adalah tidak
selamanya karena akan diganti dengan sakit. Hadirnya si hina adalah tidak
selamanya karena akan diganti dengan mulia, dst. Maka bagi orang alim ketika
menerima kenyataan dalam menerima kehinaan, kemiskinan, kebodohan, kegagalan,
sakit tidak tidak hanya sebagai suatu yg harus diterima secara ikhlas karena
pemberian Allah dan tidak pula hanya sebagai suatu cobaan, tetapi kehinaan,
kemiskinan, kebodohan, kegagalan, sakit dsb adalah suatu 'kebutuhan'. Mengapa?
Karena dengan dihinakan, kita dapat memahami suatu suatu kemuliaan. dengan
kebodohan kita dapat memahami suatu kecerdasan. dengan kegagalan, kita mampu
memahami suatu kesuksesan. dengan kondisi sakit kita mampu memahami betapa
nikmatnya suatu kesehatan. Pada akhirnya kita mampu mengesampingkan rasa putus
asa, stress, dsb, yang ada hanyalah la ilahaliallah.

Jari dan Kehidupan Manusia

Kehidupan manusia dari sejak lahir hingga tua dapat dianalogikan dengan
jari-jari tangan kita. Perjalanan hidup tersebut dapat dianalogikan mulai dari
jari kelingking, jari manis, jari tengah, jari telunjuk, dan ibu jari.

Dari Sahabatku
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Demi masa (detik), sesungguhnya manusia itu
benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat
menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat
menasihati supaya menetapi kesabaran.
(QS. Al 'Ashr 103:1-3)
*****
Terkadang kita butuh kesendirian, sahabatku..
Saat dimana kita butuh ketenangan untuk menata hati
kita, menyesali kesalahan-kesalahan kita, meluruskan
kembali niat kita, memperkokoh jiwa kita, memohon
pada-Nya agar diberi petunjuk ke jalan yang lurus. Rasul pun ber-uzlah,
ber-tahanuts untuk memperoleh petunjuknya

Belajar Dari Hewan
Artikel ini mengajak kita untuk berfikir dan belajar dari hewan, apa yang
dilakukan oleh hewan semasa hidupnya, bagaimana mereka bertahan hidup, bagaima
pola hidup mereka dari mereka dilahirkan hingga menemui ajal kematiannya, dan
hal-hal lain yang bisa kita ambil pelajaran dan hikmah darinya.

Puasa Tidak Boleh Jadi Alasan Bermalas-malasan
Selama ramadhan ini saya melihat fenomena yang menarik sekaligus memprihatinkan
di Mesjid kampus saya. Sholat zuhur dan sholat ashar di mesjid itu kuantitasnya
lebih banyak daripada sebelumnya. Pada bagian ini tentu saja merupakan berita
gembira. Namun apa yang terjadi setelah itu barulah bisa dianggap sebagai berita
buruk. Mayoritas jama’ah yang mengikuti sholat berjama’ah tersebut seusai sholat
langsung saja mencari tempat yang nyaman buat mereka untuk TIDUR. Ya… tidur!
adalah sebuah pemandangan yang lumrah pada jam-jam tersebut manusia-manusia
bergelimpangan didalam masjid.

Menjaga Keistiqomahan di Bulan Ramadhan
Pada tulisan sebelumnya saya telah mengatakan bahwa ramadhan itu butuh
perencanaan. Jangan sampai kita melewatkan berbagai peluang amal pada bulan
ramadhan hanya karena kita tidak membuat planning yang baik akan waktu-waktu
kita pada bulan ramadhan. Yakinlah! tanpa perencanaan kondisi Anda tidak akan
lebih baik daripada Anda melakukan perencanaan sebelumnya.


Ramadhan butuh perencanaan
Kenapa kita butuh melakukan perencanaan di bulan ramadhan? Untuk apa semua
perencanaan tersebut? apa urgensinya? ngapain repot-repot planning segala? toh
kita tinggal sahur, sholat, buka, taraweh… Kalau Anda berpikir bahwa ramadhan
hanya sekedar itu maka anda sudah salah besar. Kenyataannya banyak sekali
amalan-amalan yang bisa kita lakukan dibulan puasa ini. Dan semua amalan
tersebut dipastikan nilainya lebih tinggi apabila dikerjakan pada bulan suci
ini. Pokoknya semuanya serba bonus deh dibulan ramadhan ini. Kita mendapat
banyak bonus pahala dari Allah SWT. Oleh karena itu, supaya kita bisa optimal
mendapatkan bonus besar-besaran tersebut, kita butuh perencanaan. Perencanaan
akan amalan-amalan yang akan kita lakukan nantinya di sepanjang bulan ramadhan.

berbagi
sobat yang baik, ... percaya nggak kalau semua pengetahuan bersumber dari alam?
nah kalau ragu biar dech wak kasih tau. singkat cerita ketika suatu kota santri
dimana disana ada segepok santri yang dikumpulkan di lapangan oleh para
syekh...ada ap yaa?

Syahadat
anak: Ma..gimana sih biar orang bisa masuk islam?
Mama: Caranya harus mengucapkan dua kalimah syahadat, sayang..
anak: Oo..gitu ya ma..berarti aku sudah benar dong ma..?
Mama: Memangnya kenapa sayang...?
anak: aku tadi sudah melatih mengucapkan dua kalimah syahadat ke burung beo
kita, dia pintar lho ma...cepet bisa, biar dia cepet jadi Islam ya ma..?


Sukses I'tikaf

Sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan adalah waktu untuk meningkatkan amal
ibadah. Karena di sepuluh malam terakhir, terdapat Lailatul Qadr, suatu malam di
mana jika seseorang beribadah di malam itu, nilainya lebih baik dari ibadah
seribu bulan. Salah satu ibadah yang dianjurkan adalah i'tikaf.
"Bahwa Rasulullah beri'tikaf pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan hingga
beliau wafat" (HR Bukhari)
I'tikaf secara bahasa berarti duduk bersimpuh dengan khusyu'. Sedangkan secara
istilah berarti menetap di masjid dengan niat untuk beribadah. Hukum i'tikaf
adalah sunnah.
Waktu i'tikaf tidak ada batasan tertentu. Boleh siang/malam, boleh
sebentar/lama. Mengenai tempat i'tikaf, ada beberapa pendapat mengenai ini.
1.Masjid yang dipakai shalat Jum'at
2.Salah satu dari Masjidil Aqsho, Masjidil Haram, Masjid Nabawi
3.Ada yang bilang boleh di Mushala
Syarat i'tikaf:
1.Muslim
2.Berakal
3.Suci dari hadats, junub, haid/nifas
Rukun i'tikaf:
1.Niat yang ikhlas
2.Berdiam di masjid
Yang dilakukan dalam i'tikaf bisa banyak hal, seperti bertasbih, shalawat,
tilawah, kajian, dan lain sebagainya. Yang penting berdiam di masjid.
Hal-hal yang diperbolehkan:
1.Keluar dari tempat i'tikaf untuk mengantar istri
2.Potong rambut/bercukur
3.Ke kamar mandi atau keluar nyari makanan
4.Segala sesuatu yang tdk bisa dilakukan di masjid tapi sangat mendesak, dan
setelah itu harus segera kembali.
5.Makan dan minum dengan tetap menjaga kesucian masjid
Hal-hal yang membatalkan i'tikaf:
1.Keluar dari masjid tanpa alasan
2.Murtad
3.Gila
4.Haid/nifas
5.Jima'
6.Pergi shalat Jum'at bagi mereka yang beri'tikaf di mushala
"I'tikaf merupakan sarana meningkatkan kualitas ketaqwaan yang sangat efektif
bagi seorang muslim dalam memlihara keislamannya. Pengembangan rohaniyah akan
lebih sempurna apabila telah kita lengkapi dengan beri'tikaf di masjid. Dengan
i'tikaf sejenak kita tinggalkan urusan dunia dan mengisi rohani dengan berbagai
ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Orang yang beri'tikaf
memperbanyak membaca Al-Qur'an, ibadat-ibadat sunat, tasbih, takbir, tahmid,
istighfar, shalawat kepada Nabi Muhammad SAW dan amalan-amalan lain yang
dibolehkan oleh syara." (Aa' Gym)
disarikan dari ceramah Ustadz Muhammad Said, yang berjudul "Sukses I'tikaf"
Posted in Tausiah printer friendly version
Submitted by hening sept on October 2, 2007 - 09:11.

Sains
Salah Satu Sifat Bumi Menurut Al Qur’an
Sudah lama sebetulnya saya berkeinginan untuk mengetahui alasan penempatan
firman Alloh Swt pada “Surah 27 (An Naml atau Semut), Ayat-88” dalam Al Qur’an
yang saya perhatikan ketika membaca terjemahnya. Sampai saat ini saya masih
beranggapan Ayat tersebut tidak berhubungan, baik dengan Ayat sebelumnya
(Ayat-87) maupun dengan Ayat sesudahnya (Ayat-89).
Posted in Sains 1 comment | read more
Submitted by Tatan Sontani on December 26, 2008 - 14:42.

Perihal Penentuan Awal Atau Akhir Bulan Kalender Hijriyah
Sampai kini persoalan penentuan awal/akhir bulan Kalender Hijriyah, terutama
untuk bulan Ramadhan dan Syawal selalu saja membingungkan umat “Islam
kebanyakan”. Maksud saya umat Islam yang tidak berniat/berkeinginan mengetahui
cara penentuan tersebut dan hanya taklid pada putusan para Ulama dilingkungan
mereka saja atau turut pada keputusan resmi Pemerintah.
Adapun para Pemuka Agama atau Pemuka Organisasi Masa Agama Islam besar di Negara
kita, seolah tidak memperdulikan dampak buruknya terhadap kerukunan umat, baik
umatnya sendiri maupun umat dari kalangan lainnya, ketika membacakan keputusan
organisasi yang dipimpinnya tentang akhir/awal bulan Ramadhan/Syawal yang
berbeda dengan keputusan Organisasi Masa Islam lainnya. Ragu untuk menentukan
hari permulaan dan akhir puasa Ramadhan, karena perasaan berdosa bila jumlah
hari puasanya kurang, tetapi “haram” bila berpuasa pada hari raya Idul Fitri.
Apalagi perbedaan itu dapat menjadi bahan tertawaan dan buah ejekan umat yang
tidak seiman dengan kita.
Penafsiran saya terhadap pernyataan-pernyataan mereka, baik dari
aliran-keagamaan non formal yang kecil-kecil sampai kepada organisasi-keagamaan
formal yang besar-besar, ada kecenderungan penetapannya dipengaruhi oleh
ketetapan Negara-negara timur-tengah (kerajaan Arab-Saudi). Bagi mereka adalah
suatu kejanggalan bahkan mustahil ada Negara yang waktunya 4 sampai 6 jam
“belakangan” dibandingkan dengan waktu Indonesia (WIB sampai WIT), malah
menetapkan hari raya Idul Fitri 1 hari lebih “duluan” dari hari raya Idul Fitri
yang resmi ditetapkan oleh pemerintah Indonesia.
Sehingga mereka beralasan demi menghormati keputusan Kerajaan Arab-Saudi atau
karena aliran mereka yang meng”Global”, maka mereka mengikuti ketetapan
negara-negara di timur-tengah.
Agar lebih jelas, ada baiknya saya kutipkan apa saja yang menjadi dasar
penetapan bulan dan tahun kalender Hijriyah. Karena terus terang masih banyak
yang memposisikan diri sebagai orang awam, yang karena sesuatu hal tidak sempat
(bisa juga karena malas) mempelajarinya. Bahkan ada teman “intelek”saya yang
mengikuti dan menyarankan untuk mengikuti sikap Ustadz kelompok pengajiannya.
Ustadz tersebut “sangat bijaksana” karena menyatakan yang mana saja yang kita
yakini kebenarannya, maka itulah yang benar?
Yang menjadi dasar/pegangan kita sebagai umat Islam tentu saja sudah seharusnya
Al Qur’an dan As Sunnah, coba saja simak

Alquran tentang Gunung Berapi & Gempa
Apakah ledakan dalam Bumi menimbulkan gempa, ataukah sebaliknya?
Sebenarnya pertanyaan ini ditimbulkan oleh adanya pendapat sarjana Barat tentang
Drifting Continents yaitu benua-benua yang senantiasa bergerak. Dengan teori ini
mereka telah mengetahui adanya sejuta kali gempa bumi setiap tahun di planet
ini. Tetapi mereka lupa bahwa kulit Bumi ini telah sangat kuat kukuh malah
sangat rapat, karenanya terdapatlah lautan air dua pertiga dari seluruh
permukaannya begitupun orang tidak takut lagi berlayar ke mana saja tanpa
perasaan akan jatuh di tempat longsor ke dalam perut Bumi.

"Haman" dan Bangunan Mesir Kuno
Al Qur'an mengisahkan kehidupan Nabi Musa AS dengan sangat jelas. Tatkala
memaparkan perselisihan dengan Fir'aun dan urusannya dengan Bani Israil, Al
Qur'an menyingkap berlimpah keterangan tentang Mesir kuno. Pentingnya banyak
babak bersejarah ini hanya baru-baru ini menjadi perhatian para pakar dunia.
Ketika seseorang memperhatikan babak-babak bersejarah ini dengan pertimbangan,
seketika akan menjadi jelas bahwa Al Qur'an, dan sumber pengetahuan yang
dikandungnya, telah diwahyukan oleh Allah Yang Mahatahu dikarenakan Al Qur'an
bersesuaian langsung dengan seluruh penemuan besar di bidang ilmu pengetahuan,
sejarah dan kepurbakalaan di masa kini.
Sistem Yang Melindungi Tulang Beruang Hibernasi Telah Terungkap
Sebuah penelitian tentang beruang hitam telah menyingkap keberadaan sebuah
sistem yang melindungi tulang-tulang hewan ini selama bulan-bulan panjang
hibernasinya*. Pada saat yang sama, penelitian ini menjadi sumber gagasan bagi
cara-cara pengobatan baru bagi orang-orang yang menderita kerusakan sel tulang
dengan cepat selama tubuhnya tidak aktif bergerak.
Nama Para Nabi Tertulis dalam Prasasti Ebla, 1500 Tahun Lebih Tua daripada
Taurat
Berasal dari masa sekitar 2500 SM, prasasti Ebla memberikan keterangan teramat
penting mengenai sejarah agama-agama. Sisi terpenting mengenai prasasti Ebla,
yang ditemukan para ahli arkeologi pada tahun 1975 dan yang sejak itu telah
menjadi pokok bahasan dari banyak penelitian dan perdebatan, adalah terdapatnya
nama tiga orang nabi yang disebutkan dalam kitab-kitab suci.
Abad ke-20 menyaksikan banyak sekali penemuan baru tentang peristiwa alam di
ruang angkasa. Salah satunya, yang belum lama ditemukan, adalah Black Hole
[Lubang Hitam]. Ini terbentuk ketika sebuah bintang yang telah menghabiskan
seluruh bahan bakarnya ambruk hancur ke dalam dirinya sendiri, dan akhirnya
berubah menjadi sebuah lubang hitam dengan kerapatan tak hingga dan volume nol
serta medan magnet yang amat kuat. Kita tidak mampu melihat lubang hitam dengan
teropong terkuat sekalipun, sebab tarikan gravitasi lubang hitam tersebut
sedemikian kuatnya sehingga cahaya tidak mampu melepaskan diri darinya. Namun,
bintang yang runtuh seperti itu dapat diketahui dari dampak yang ditimbulkannya
di wilayah sekelilingnya. Di surat Al Waaqi'ah, Allah mengarahkan perhatian pada
masalah ini sebagaimana berikut, dengan bersumpah atas letak bintang-bintang:


Bagaimana Seorang Muslim Berfikir
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia.


Nikmatnya Bersyukur
Terkadang kita jarang memperhatikan atau bahkan lupa dengan apa yang telah kita
nikmati selama ini. Mulai dari membuka mata sampai menutupnya kembali.
Seandainya kita bertafakur, ternyata banyak sekali nikmat yang kita peroleh
mulai dari nikmat membuka mata, melihat, makan, mengedipkan mata bahkan menutup
mata untuk beristirahat agar bisa beraktifitas keesokan harinya adalah
sekumpulan nikmat yang tak terhitung jumlahnya.
Apakah kita pernah bertanya kepada hati kecil kita sendiri, darimanakah semua
nikmat itu berasal?, jawabannya tentu kita semua tahu, itu semua berasal dari
dzat yang maha agung Alloh SWT. Dia-lah yang memberikan kenikmatan itu semua.
Lalu apa yang kita korbankan untuk semua itu? Alloh tidak meminta apapun dari
umatnya, Dia hanya meminta untuk bersyukur atas segala yang telah diberikannya.
Sudahkah kita bersyukur? Jawabannya hanya ada pada hati kecil masing-masing umat
manusia.
Terkadang kita sering mengeluh ketika bangun tidur tidak ada teh atau kopi
disamping meja tempat tidur, padahal diberi kesempatan untuk membuka kedua mata
kembali, itu sudah luar biasa nikmatnya. Bandingkan dengan orang yang tidak
mempunyai mata, jangankan membuka mata, melihatpun mereka tidak mampu.
Orang bijak mengatakan jika kita ingin bersyukur kita harus melihat kebawah,
melihat orang-orang yang hidupnya tidak seberuntung kita saat ini. Ketika kita
makan coba lihat para pengemis jalanan yang tak tentu kapan jam makannya. Ketika
dipagi hari tatkala melihat sepatu kita yang sudah rusak, coba perhatikan
orang-orang cacat yang tidak mempunyai kedua kaki. Kita masih beruntung bisa
menggunakan sepasang sepatu, sedangkan mereka kakinyapun tidak punya. Alangkah
beruntungnya kita.
Wahai sahabat..! alangkah nikmatnya hidup dalam rangkaian syukur, hidup menjadi
nyaman, tentram. Jangan isi masa hidup ini dengan mengeluh, karena sedetikpun
kita gunakan untuk mengeluh, berarti detik itu pula yang akan menggerogoti
nikmatnya hidup ini. Gunakan waktu yang sedikit ini untuk bersyukur….!!!

Muslimah
Fenomena Artis Berjilbab dan Fitnah Terhadap Islam
Kita memang patut bersyukur dan bangga dengan makin maraknya artis-artis
nasional yang mengenakan jilbab, entah karena kesadarannya yang tulus atau
sekedar ikut-ikutan. Setidaknya hal ini masih jauh lebih baik ketimbang mereka
mengenakan pakaian setengah jadi seperti kebanyakan yang lain.

wanita solehah
Wanita Shalihah Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya
pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja
bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri.

Ibunda Perkasa dari Tanah Duka
Di antara puing-puing luka dan penderitaan para korban gempa di Yogyakarta dan
Jawa Tengah, ada banyak keperihan yang tersingkap, ada banyak duka yang terkuak,
namun ada pula kekaguman yang tersibak. Kekaguman yang semakin menguatkan
keyakinan pada diri saya, bahwa seorang ibu memanglah sosok yang amat mulia.

Selamat Datang, Putri Muslimah!
(by Uli)
Awalnya adalah keprihatinan melihat banyaknya acara pemilihan bintang idola
ataupun kontes puteri-puterian yang tidak Islami. Maka, lahirlah gagasan untuk
melakukan pemilihan Putri Muslimah Indonesia.

Ebadi, Wanita Muslim Pertama Peraih Nobel
Shirin Ebadi adalah wanita muslim pertama yang meraih penghargaan Nobel untuk
kategori perdamaian tahun 2003. Hakim wanita ini dinilai patut dan pantas meraih
penghargaan Nobel Perdamaian, karena aktifitas dan dedikasinya kepada hak-hak
asasi manusia terutama wanita dan anak di Iran.

Perempuan dengan Hati Seluas Samudera
Perempuan itu sama sekali tidak berbeda dari
perempuan lain. Ia hanya seorang anak bungsu dari
keluarga yang sederhana. Sejak kecil, seringkali ia
harus bekerja keras dan terkadang mendapat perlakuan

Kecantikan Tanpa Biaya
Seorang wanita tua yang di wajahnya masih dan selalu memancarkan cahaya
ketegaran dan kecantikan, ditanya tentang alat-alat kecantikanyang dipakainya,
maka dia pun menjawab : taqwa

Metode Syetan Menggoda Bani Adam
Setan menggunakan metode yang bertahap dalam menyesatkan manusia, baik dalam
materi ajakannya maupun dalam caranya.
Ibnu Qayyim menyebutkan 6 tahapan ajakan setan sebagai berikut:
Tahap pertama: setan berusaha agar manusia menjadi kafir atau musyrik. Jika
orang tersebut adalah orang Islam, usahanya diturunkan ke tahap berikutnya.
Tahap kedua: yaitu tahapan bid’ah (mengada-ada dalam urusan agama). Manusia
dibuatnya untuk membuat dan menerapkan bid’ah. Jika orang tersebut termasuk
ahlussunnah, dimulailah tahap ketiga.
Tahap ketiga: yaitu tahap kabaa-ir, maksiat, berupa dosa-dosa besar. Jika orang
tersebut dijaga Allah dari melakukan dosa besar, setan tidak putus asa untuk
terus menggoda.
Tahap keempat: yatiu tahap shagaa-ir, maksiat berupa dosa-dosa kecil. Jika orang
tersebut terjaga juga darinya, mulailah setan menyibukkan orang itu dengan
metode lain.
Tahap kelima: yaitu setan menyibukkan manusia dengan hal-hal yang mubah (boleh),
sehingga orang itu menghabiskan waktunya dalam hal mubah, tidak sibuk dalam hal
yang berpahala, yang kita semua diperintahkan mengamalkannya.
Tahap keenam: yaitu setan menyibukkan manusia dengan amal-amal yang mafdhul
(kurang utama) sehingga lalai dari amal yang afdhal (lebih utama) yang lebih
baik dari amal mafdhul tersebut. Misalnya seseorang disibukkan dengan perkara
sunat daripada fardhu, maka sibuklah dia dengan yang disunatkan dan meninggalkan
yang difardhukan.
Setan sangat bersungguh-sungguh dalam dakwahnya, dengan mengajak secara bertahap
dalam materi ajakannya. Adapun dalam cara mengajaknya, maka setan itu
menjerumuskan manusia selangkah demi selangkah. Sebagaimana Allah berfirman:
“Makanlah dari apa yang dirizkikan Allah kepada kalian, dan janganlah kalian
mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata
bagimu.” (QS. Al An’aam : 142).
Pada mulanya setan berusaha menggelincirkan manusia sedikit-sedikit, kemudian
bertahap menuju tujuannya. Setan masuk pada siapapun dengan metode yang cocok
dengan jati diri manusia yang digodanya.
*
Setan masuk pada orang yang zuhud (sederhana) dengan kezuhudannya.
*
Setan masuk pada orang alim (berilmu) dengan melalui pintu ilmu.
*
Masuk pada orang jahil (bodoh) dengan kebodohannya pula.

Kesehatan
Habbatussauda Bukan Alternatif (Tapi satu-satunya)*
Habbatussauda Bukan Alternatif
Habatussauda adalah biji hitam yang telah dikenal ribuan tahun yang lalu dan
digunakan secara luas oleh masyarakat India dan Timur Tengah untuk mengobati
berbagai macam penyakit. Nigella Sativa Semen adalah biji dari Nigella Sativa
yang dapat mereproduksi dengan sendirinya, di mana biji-biji tersebut sebelumnya
berwarna putih kemudian setelah matang akan berwarna hitam (Nigella).
Habbatussauda bermula ditemukan di makam Tutan- khamen di Yunani Kuno dimana
pada saat itu raja-raja dikubur bersama-sama dengan Nigella untuk membantu
diakhir hidup- nya. Biji habbatussauda mengan- dung 40% minyak constan dan 1,4%
minyak aviari, juga mengandung 15 amino acid, protein, calsium, zat besi, sodium
dan pottasium. Sedangkan komposisi paling penting adalah: Thymoquinone (TQ),
Dithymo- ouinone (DTQ), Thymohydro- quinone (THQ) dan Thymol (THY).
Kalangan medis tadinya menolak keras adanya sebuah herba yang bisa menyembuhkan
penyakit. Tapi, ketika ilmuwan muslim melakukan uji klinis dan menyimpulkan
hasilnya, mereka baru mengakui kebenarannya tersebut.

Quwatul Fithrah
Allah Swt telah memberikan Quwatul Fitrah pada semua manusia. Quwatul Fithrah
dalam dunia kedokteran disebut dengan imunitas atau daya tahan tubuh. Adapun
kegunaannya adalah untuk menolak dan mencegah dari berbagai virus, bakteri dll
yg menyebabkan sakit, untuk mengobati diri dari penyakit dengan sendirinya.

Makanan sehat untuk usia 40+
Memasuki usia 40-an, mulai terjadi masalah dengan kepadatan tulang, persendian,
hipertensi, dan lain-lain. Kondisi tubuh berubah, seharusnya diet Anda juga
berubah.
Berikut ini makanan unggulan untuk Anda yang berusia 40+

Hormesis dan Puasa
Baik dalam pemikiran Barat maupun Timur, makan berlebihan dianggap sebagai
sumber penyakit dan pemendekan usia, seperti hal-nya tumbuhan yg terlalu banyak
air bukan-nya tumbuh, malahan ia akan layu.

Atasi StreSS ??
Stress???
Wah...
jika ini yang sedang anda alami...upps..
HaTi-HaTi!!
Anda dalam keadaan bahaya....
apa yang harus Anda lakukan???
kalau sudah terlanjur stress..mau gimana lagi???
kalo kita gagal preventif...kuratif bisa lah....

Haruskah menunda pernikahan?
Bagaimana dengan karirku seandainya aku menikah?
Apa yang harus disiapkan ketika menikah?
Bagaimana cara menemukan jodoh?
Apa tujuan menikah?
Mungkinkah menikah di usia dini?

Kegemukan dan Obesitas
Seiring dengan meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat, jumlah penderita
kegemukan (overweight) dan obesitas cenderung meningkat. Di Indonesia, masalah
kesehatan yang diakibatkan oleh gizi lebih ini mulai muncul pada awal tahun
1990-an. Peningkatan pendapatan masyarakat pada kelompok sosial ekonomi
tertentu, terutama di perkotaan, menyebabkan adanya perubahan pola makan dan
pola aktifitas yang mendukung terjadinya peningkatan jumlah penderita kegemukan
dan obesitas (Sunita Almatsier, 2004).

Hak-Hak dan Kesehatan Reproduksi Perempuan dalam Pandangan Islam
Berbicara soal reproduksi perempuan sesungguhnya adalah berbicara soal tubuh
perempuan berikut semua yang ada pada dirinya. Perempuan bukan hanya seonggok
tulang yang dibungkus daging dan kulit serta dihiasi dengan organ-organ
reproduksi, tetapi juga akal berikut naluri. Perempuan adalah manusia dengan
seluruh eksistensinya seperti halnya laki-laki. Namun, dalam rentang waktu yang
panjang, perempuan dipandang oleh banyak peradaban sebagai sosok yang hadir
untuk dinikmati secara seksual, berfungsi melahirkan sekaligus juga direndahkan.

Kesabaran dalam Perjuangan Yang Suci
Sabar, sabar dan sabar ……………!!!
Siapa yang tidak pernah mendengar kata ini?
Berulang-ulang orang menyebutnya. Mudah diucapkan namun berat diamalkan.
Perkataan dan perintah sabar sangat gampang ditemukan di dalam Al-Qur'an. Salah
satu contohnya yang ada di dalam surat Al Ashr. Allah di surat ini memberikan
pujian khusus bagi mereka yang mau memberikan nasehat kepada kesabaran. Ayat
tersebut adalah: "Demi masa. Sesungguhnya setiap manusia berada dalam kerugian.
Kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, dan saling nasehat menasehati
di dalam kebenaran dan kesabaran."
Sebagian besar orang, memahami bahwa yang namanya sabar itu terkait dengan
musibah yang menimpa. Sehingga kalau ada mereka yang mendapatkan saudaranya
meninggal maka tetangganya pun menasehatinya dengan "sabar". Tak salah apa yang
diucapkan. Namun ternyata, kesabaran tak hanya sebatas ketika ditimpa musibah
saja. Ada kesabaran lain yang tak kalah pentingnya, yaitu:
*
Sabar di dalam menjalankan ketaatan kepada Allah. Menjalankan ketaatan kepada
Allah bukanlah hal yang ringan. Sangat banyak orang yang paham dengan kebaikan
dan ketaatan namun tidak juga mau mengamalkan. Terlebih lagi, menjalankan
ketaatan itu ada penghalangnya. Siapakah penghalangnya? Jawabannya, banyak
penghalang kita menjalankan ketaatan. Yang pertama adalah jiwa manusia itu
sendiri. Jiwa manusia terkadang memerintahkan anggota tubuhnya untuk malas
berbuat ketaatan. Yang kedua adalah syetan. Syetan paling tidak suka dengan
mereka yang menjalankan ketaatan. Ini persis dengan yang disemboyan nenek
moyangnya, yaitu iblis semenjak diusir Allah dari surga. Ia dan anak cucunya
berupaya untuk menghalangi manusia dari kebaikan dengan berbagai cara. Tak
heranlah bagi para muslimah sangat berat untuk menjalankan ketaatan. Memakai
jilbab misalnya. Sangat berat, karena memang syetan terus menarik dan mencegah
agar muslimah tidak memakainya. Syetan ini ada macamnya juga. Bisa berasal dari
manusia maupun dari bangsa jin. Syetan dari bangsa manusia ini berupaya dengan
keras agar kebaikan tidak tersebar luas. Makanya mereka berupaya memadamkan
cahaya Allah. Contoh gampangnya, orang yang mau menjalankan syariat Allah dengan
benar mereka musuhi dan perangi. Jahat lagi, mereka menyebarkan berita palsu
bahwa orang yang menjalankan syariat islam identik dengan teroris. Menghadapi
musuh-musuh ketaatan yang betebaran ini butuh dengan kesabaran yang ekstra.
*
Sabar dalam meninggalkan perbuatan kemaksiatan. Perbuatan kemaksiatan memang
tampak bagus dan indah. Apalagi syetan menghiasi kemungkaran itu dengan hiasan
yang luar biasa. Akibatnya? Manusia berbondong-bondong melakukan kemungkaran
alias kemaksiatan. Hari ini membuktikan bahwa kemungkaran menjadi sesuatu yang
dominan di muka bumi. Orang tak malu lagi berbuat kejelekan di sembarang tempat.
Contoh realnya, betapa banyaknya saudara muslimah yang berpakaian minim ala
barat. Menampilkan aurat kepada laki-laki yang bukan suaminya. Terus betapa
maraknya perjudian di setiap tempat, di sudut kota dan jalanan. Tak ada rasa
malu dan merasa bersalah. Kemaksiatan yang lain masih sangat banyak untuk
diungkapkan. Lingkungan yang bertebaran dengan maksiat tadi terkadang
mempengaruhi kepribadian seorang muslim atawa muslimah. Hingga akhirnya
terbawa-bawa tanpa terasa. Maka, bersabar dalam meninggalkan kemaksiatan harus
selalu bersanding pada setiap diri muslimah. Tentu, bukan berarti berdiam diri
terhadap kemungkaran yang berkembang, namun turut andil dalam memberantasnya.
Sumber: www.mediamuslim.info


Hikmah Diam pada Saat yang Tepat
Dikisahkan bahwa ada seorang lelaki miskin yang mencari nafkahnya hanya dengan
mengumpulkan kayu bakar lalu menjualnya di pasar. Hasil yang ia dapatkan hanya
cukup untuk makan. Bahkan, kadang-kadang tak mencukupi kebutuhannya. Tetapi, ia
terkenal sebagai orang yang sabar. Pada suatu hari, seperti biasanya dia pergi
ke hutan untuk mengumpulkan kayu bakar.
Setelah cukup lama dia berhasil mengumpulkan sepikul besar kayu bakar. Ia lalu
memikulnya di pundaknya sambil berjalan menuju pasar. Setibanya di pasar
ternyata orang-orang sangat ramai dan agak berdesakan. Karena khawatir
orang-orang akan terkena ujung kayu yang agak runcing, ia lalu berteriak,
"Minggir... minggir! kayu bakar mau lewat!." Orang-orang pada minggir memberinya
jalan dan agar mereka tidak terkena ujung kayu. Sementara, ia terus berteriak
mengingatkan orang. Tiba-tiba lewat seorang bangsawan kaya raya di hadapannya
tanpa mempedulikan peringatannya. Kontan saja ia kaget sehingga tak sempat
menghindarinya. Akibatnya, ujung kayu bakarnya itu tersangkut di baju bangsawan
itu dan merobeknya. Bangsawan itu langsung marah-marah kepadanya, dan tak
menghiraukan keadaan si penjual kayu bakar itu. Tak puas dengan itu, ia kemudian
menyeret lelaki itu ke hadapan hakim. Ia ingin menuntut ganti rugi atas
kerusakan bajunya.
Sesampainya di hadapan hakim, orang kaya itu lalu menceritakan kejadiannya serta
maksud kedatangannya menghadap dengan si lelaki itu. Hakim itu lalu berkata,
"Mungkin ia tidak sengaja." Bangsawan itu membantah. Sementara si lelaki itu
diam saja seribu bahasa. Setelah mengajukan beberapa kemungkinan yang selalu
dibantah oleh bangsawan itu, akhirnya hakim mengajukan pertanyaan kepada lelaki
tukang kayu bakar itu. Namun, setiap kali hakim itu bertanya, ia tak menjawab
sama sekali, ia tetap diam. Setelah beberapa pertanyaan yang tak dijawab
berlalu, sang hakim akhirnya berkata pada bangsawan itu, "Mungkin orang ini
bisu, sehingga dia tidak bisa memperingatkanmu ketika di pasar tadi." Bangsawan
itu agak geram mendengar perkataan hakim itu. Ia lalu berkata, "Tidak mungkin!
Ia tidak bisu wahai hakim. Aku mendengarnya berteriak di pasar tadi. Tidak
mungkin sekarang ia bisu!" dengan nada sedikit emosi. "Pokoknya saya tetap minta
ganti," lanjutnya. Dengan tenang sambil tersenyum, sang hakim berkata, "Kalau
engkau mendengar teriakannya, mengapa engkau tidak minggir?" Jika ia sudah
memperingatkan, berarti ia tidak bersalah. Anda yang kurang memperdulikan
peringatannya." Mendengar keputusan hakim itu, bangsawan itu hanya bisa diam dan
bingung. Ia baru menyadari ucapannya ternyata menjadi bumerang baginya. Akhirnya
ia pun pergi. Dan, lelaki tukang kayu bakar itu pun pergi. Ia selamat dari
tuduhan dan tuntutan bangsawan itu dengan hanya diam.
Sumber: Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Hal yang Paling ..... di Dunia
Imam Ghazali = " Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?
Murid 1 = " Orang tua "
Murid 2 = " Guru "
Murid 3 = " Teman "
Murid 4 = " Kaum kerabat "
Imam Ghazali = " Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat
dengan kita ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahawa setiap yang
bernyawa pasti akan mati ( Surah Ali-Imran :185).
Imam Ghazali = " Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ?"
Murid 1 = " Negeri Cina "
Murid 2 = " Bulan "
Murid 3 = " Matahari "
Murid 4 = " Bintang-bintang "
Iman Ghazali = " Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar
adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap kita
tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus
menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan
perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama".
Iman Ghazali = " Apa yang paling besar didunia ini ?"
Murid 1 = " Gunung "
Murid 2 = " Matahari "
Murid 3 = " Bumi "
Imam Ghazali = " Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah
HAWA NAFSU (Surah Al A'raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu
kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka."
IMAM GHAZALI" Apa yang paling berat didunia? "
Murid 1 = " Baja "
Murid 2 = " Besi "
Murid 3 = " Gajah "
Imam Ghazali = " Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG
AMANAH (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan
malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi
khalifah pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya
berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia
masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah."
Imam Ghazali = " Apa yang paling ringan di dunia ini ?"
Murid 1 = " Kapas"
Murid 2 = " Angin "
Murid 3 = " Debu "
Murid 4 = " Daun-daun"
Imam Ghazali = " Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan
sekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT. Gara-gara pekerjaan kita
atau urusan dunia, kita tinggalkan solat "
Imam Ghazali = " Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? "
Murid- Murid dengan serentak menjawab = " Pedang "
Imam Ghazali = " Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini
adalah LIDAH MANUSIA. Kerana melalui lidah, manusia dengan mudahnya
menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri "

mthdepok
AsWrWb..!! Mas Furqon..,
Dan.."Apa yang paling banyak di dunia ini?" Mas,
Yang paling banyak adalah manusia-manusia yang tersesat tanpa mengetahui
kesesatannya dan masih selalu merasa benar..!!
Wassalam.
___

Hakekat Psikologi Islam
Oleh: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
( http://www.psikologiums.net/modules.php?name=News&file=article&sid=31 )
Sejak pertengahan abad XIX, yang didakwahkan sebagai abad kelahiran psikologi
kontemporer di dunia Barat, terdapat banyak pengertian mengenai “psikologi” yang
ditawarkan oleh para psikolog. Masing-masing pengertian memiliki keunikan,
seiring dengan kecenderungan, asumsi dan aliran yang dianut oleh penciptanya.
Meskipun demikian, perumusan pengertian psikologi dapat disederhanakan dalam
tiga pengertian. Pertama, Psikologi adalah studi tentang jiwa (psyche), seperti
studi yang dilakukan Plato (427-347 SM.) dan Aristoteles (384-322 SM.) tentang
kesadaran dan proses mental yang berkaitan dengan jiwa. Kedua, Psikologi adalah
ilmu pengetahuan tentang kehidupan mental, seperti pikiran, perhatian, persepsi,
intelegensi, kemauan, dan ingatan. Definisi ini dipelopori oleh Wilhelm Wundt.
Ketiga, Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang perilaku organisme, seperti
perilaku kucing terhadap tikus, perilaku manusia terhadap sesamanya, dan
sebagainya. Definisi yang terakhir ini dipelopori oleh John Watson.[1]
HAKEKAT PSIKOLOGI ISLAM
Sejak pertengahan abad XIX, yang didakwahkan sebagai abad kelahiran psikologi
kontemporer di dunia Barat, terdapat banyak pengertian mengenai “psikologi” yang
ditawarkan oleh para psikolog. Masing-masing pengertian memiliki keunikan,
seiring dengan kecenderungan, asumsi dan aliran yang dianut oleh penciptanya.
Meskipun demikian, perumusan pengertian psikologi dapat disederhanakan dalam
tiga pengertian. Pertama, Psikologi adalah studi tentang jiwa (psyche), seperti
studi yang dilakukan Plato (427-347 SM.) dan Aristoteles (384-322 SM.) tentang
kesadaran dan proses mental yang berkaitan dengan jiwa. Kedua, Psikologi adalah
ilmu pengetahuan tentang kehidupan mental, seperti pikiran, perhatian, persepsi,
intelegensi, kemauan, dan ingatan. Definisi ini dipelopori oleh Wilhelm Wundt.
Ketiga, Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang perilaku organisme, seperti
perilaku kucing terhadap tikus, perilaku manusia terhadap sesamanya, dan
sebagainya. Definisi yang terakhir ini dipelopori oleh John Watson.[1]
Pengertian pertama lebih bernuansa filosofis, sebab penekanannya pada konsep
jiwa. Psikolog di sini berperan untuk merumuskan hakekat jiwa yang proses
penggaliannya didasarkan atas pendekatan spekulatif. Kelebihan pengertian
pertama ini dapat mencerminkan hakekat psikologi yang sesungguhnya, sebab ia
dapat mengungkap hakekat jiwa yang menjadi objek utama kajian psikologi.
Kelemahannya adalah bahwa pengertian ini belum mampu membedakan antara disiplin
filsafat yang bersifat spekulatif dengan psikologi yang bersifat empiris.
Psikologi seakan-akan masih menjadi bagian dari disiplin filsafat, yang salah
satu kajiannya membahas hakekat jiwa.
Pengertian kedua mencoba memisahkan antara disiplin filsafat dengan psikologi,
sehingga fokus kajiannya pada kehidupan mental, seperti pikiran, perhatian,
persepsi, intelegensi, kemauan, dan ingatan. Namun pemisahan ini belum sempurna,
sehingga antara disiplin filsafat dengan psikologi masih berbaur. Pengertian
psikologi yang lazim dipakai dalam wacana Psikologi Kontemporer adalah
pengertian ketiga, karena dalam pengertian ketiga ini mencerminkan psikologi
sebagai disiplin ilmu yang mandiri yang terpisah dari disiplin filsafat. Pada
pengertian ketiga ini, fokus kajian psikologi tidak lagi hakekat jiwa,
melainkaan gejala-gejala jiwa yang diketahui melalui penelaahan perilaku
organisme. Manusia merupakan mahluk hidup yang memiliki jiwa, namun secara
empirik hakekat jiwa tersebut tidak dapat diketahui, sehingga psikologi hanya
membahas mengenai proses, fungsi-fungsi, dan kondisi kejiwaan. Bagi psikolog
tertentu, khususnya dari kalangan Psiko-behavioristik, tidak begitu tertarik
dengan membicarakan hakekat jiwa. Mereka bahkan tidak memperdulikan perbedaan
jiwa manusia dengan jiwa binatang. Yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana
memberi rangsangan atau stimulus pada jiwa tersebut agar ia mampu meresponsnya
dalam bentuk perilaku.
Pengertian psikologi yang dimaksud dalam buku ini lebih cenderung pada
pengertian pertama. Ada beberapa alasan mengapa pengertian pertama yang dipilih:
Pertama, Psikologi Islam sebagai disiplin ilmu yang mandiri baru memasuki proses
awal. Pendekatan yang digunakan lebih mengarah pada pendekatan spekulatif, yang
membicarakan hakekat mental dan kehidupannya. Sumber data yang digunakan berasal
dari proses deduktif, yang digali dari nash (al-Qur`an dan al-Sunnah) dan hasil
pemikiran para filosof atau sufi abad klasik, dan belum memasuki wilayah
empiris-eksperimental; Kedua, Psikologi Kontemporer Barat dalam perkembangannya
mengalami distorsi yang fundamental. Psikologi seharusnya membicarakan tentang
konsep jiwa, namun justru ia mengabaikan bahkan tidak tahu-menahu tentang
hakekat jiwa, sehingga ia mempelajari “ilmu jiwa tanpa konsep jiwa.”[2] Ketiga,
karena alasan ke dua di atas, psikologi kontemporer mempelajari manusia yang
tidak berjiwa. Atau, menyamakan gejala kejiwaan manusia dengan gejala kejiwaan
hewan, sehingga temuan-temuan dari perilaku hewan digunakan untuk memahami
perilaku manusia. Atas dasar ketiga alasan di atas, penulis lebih cenderung
menggunakan pengertian pertama. Pemilihan ini tidak berarti menafikan keberadaan
pengertian psikologi yang lain, tetapi penulis berharap agar ada perimbangan
atau bandingan dalam memilih model pengembangan disiplin psikologi. Untuk
beberapa tahun mendatang, barangkali Psikologi Islam dapat mengembangkan
pengertian yang ketiga, setelah kerangka konseptualnya telah mapan dan diakui
secara objektif dalam perbendaharaan Psikologi Kontemporer.
Psikologi secara etimologi memiliki arti “ilmu tentang jiwa”. Dalam Islam,
istilah “jiwa” dapat disamakan istilah al-nafs, namun ada pula yang menyamakan
dengan istilah al-ruh, meskipun istilah al-nafs lebih populer penggunaannya
daripada istilah al-nafs. Psikologi dapat diterjamahkan ke dalam bahasa Arab
menjadi ilmu al-nafs atau ilmu al-ruh. Penggunaan masing-masing kedua istilah
ini memiliki asumsi yang berbeda.
Istilah ‘Ilm al-Nafs banyak dipakai dalam literatur Psikologi Islam. Bahkan
Sukanto Mulyomartono lebih khusus menyebutnya dengan “Nafsiologi.”[3] Penggunaan
istilah ini disebabakan objek kajian psikologi Islam adalah al-nafs, yaitu aspek
psikopisik pada diri manusia. Term al-nafs tidak dapat disamakan dengan term
soul atau psyche dalam psikologi kontemporer Barat, sebab al-nafs merupakan
gabungan antara substansi jasmani dan substansi ruhani, sedangkan soul atau
psyche hanya berkaitan dengan aspek psikis manusia. Menurut kelompok ini,
penggunaan term al-nafs dalam tataran ilmiah tidak bertentangan dengan doktrin
ajaran Islam, sebab tidak ada satupun nash yang melarang untuk membahasnya.
Tentunya hal itu berbeda dengan penggunaan istilah al-ruh yang secara jelas
dilarang mempertanyakannya (perhatikan Q.S. al-Isra` ayat 85).
Penggunaan istilah ‘Ilm al-Ruh ditemukan dalam karya ‘psikolog’ Zuardin Azzaino.
Istilah itu kemudian dijadikan dasar untuk membangun ‘Psikologi Ilahiah’,[4]
yaitu psikologi yang dibangun dari kerangka konseptual al-ruh yang berasal dari
Tuhan. Boleh jadi Azzaino tidak mengikuti perkembangan literatur Psikologi
Islam, sebab literatur yang digunakan dalam bukunya tidak satupun yang bersumber
dari ’Ilm al-Nafs fi al-Islam (Psikologi Islam). Tetapi yang menarik dari
tawaran Azzaino tersebut adalah bahwa ruh yang menjadi objek kajian psikologi
Islam memiliki ciri unik, yang tidak akan ditemukan dalam Psikologi Kontemporer
Barat. Objek kajian Psikologi Islam adalah ruh yang memiliki dimensi ilahiah
(teosentris), sedangkan objek kajian Psikologi Kontemporer Barat berdimensi
insaniah (antroposentris). Karena perbedaan yang mendasar inilah maka Azzaino
terpaksa menggunakan term khusus untuk menentukan ciri unik Psikologi Islam.
Menanggapi kedua polemik ini, penulis lebih cenderung menggunakan istilah ‘Ilm
al-Nafs. Selain istilah itu lebih populer dan masuk dalam perbendaharaan
literatur psikologi, secara ideologis pembahasan objek al-nafs tidak
bertentangan dengan nash. Hanya saja yang patut dipertimbangkan adalah kritikan
Malik B. Badri bahwa Psikologi Islam kini nyaris masuk dalam liang Biawak, yang
sulit keluar darinya. Kritikan itu nampaknya dapat ‘ditangkap’ dengan cermat
oleh Azzaino, sehingga ia mencoba mencari alternatif peristilahan baru. Dengan
demikian, kebolehan menggunakan istilah ‘Ilm al-Nafs dengan catatan tidak
menyalahi kerangka filosofis Psikologi Islam.
Hakekat psikologi Islam dapat dirumuskan sebagai berikut: “kajian Islam yang
berhubungan dengan aspek-aspek dan perilaku kejiwaan manusia, agar secara sadar
ia dapat membentuk kualitas diri yang lebih sempurna dan mendapatkan kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.”
Hakekat definisi tersebut mengandung tiga unsur pokok; Pertama, bahwa psikologi
Islam merupakan salah satu dari kajian masalah-masalah keislaman. Ia memiliki
kedudukan yang sama dengan disiplin ilmu keislaman yang lain, seperti Ekonomi
Islam, Sosiologi Islam, Politik Islam, Kebudayaan Islam, dan sebagaianya.
Penempatan kata “Islam” di sini memiliki arti corak, cara pandang, pola pikir,
paradigma, atau aliran. Artinya, psikologi yang dibangun bercorak atau memilili
pola pikir sebagaimana yang berlaku pada tradisi keilmuan dalam Islam, sehingga
dapat membentuk aliran tersendiri yang unik dan berbeda dengan psikologi
kontemporer pada umumnya.[5] Tentunya hal itu tidak terlepas dari kerangka
ontologi (hakekat jiwa), epistimologi (bagaimana cara mempelajari jiwa), dan
aksiologi (tujuan mempelajari jiwa) dalam Islam. Melalui kerangka ini maka akan
tercipta beberapa bagian psikologi dalam Islam, seperti Psikopatologi Islam,
Psikoterapi Islam, Psikologi Agama Islam, Psikologi Perkembangan Islam,
Psikologi Sosial Islam, dan sebagainya.
Kedua, bahwa Psikologi Islam membicarakan aspek-aspek dan perilaku kejiwaan
manusia. Aspek-aspek kejiwaan dalam Islam berupa al-ruh, al-nafs, al-kalb,
al-`aql, al-dhamir, al-lubb, al-fu’ad, al-sirr, al-fithrah, dan sebagainya.[6]
Masing-masing aspek tersebut memiliki eksistensi, dinamisme, proses, fungsi, dan
perilaku yang perlu dikaji melalui al-Qur’an, al-Sunnah, serta dari khazanah
pemikiran Islam. Psikologi Islam tidak hanya menekankan perilaku kejiwaan,
melainkan juga apa hakekat jiwa sesungguhnya. Sebagai satu organisasi permanen,
jiwa manusia bersifat potensial yang aktualisasinya dalam bentuk perilaku sangat
tergantung pada daya upaya (ikhtiyar)-nya. Dari sini nampak bahwa psikologi
Islam mengakui adanya kesadaran dan kebebasan manusia untuk berkreasi, berpikir,
berkehendak, dan bersikap secara sadar, walaupun dalam kebebasan tersebut tetap
dalam koredor sunnah-sunnah Allah Swt.
Ketiga, bahwa Psikologi Islam bukan netral etik, melainkan sarat akan nilai
etik. Dikatakan demikian sebab Psikologi Islam memiliki tujuan yang hakiki,
yaitu merangsang kesadaran diri agar mampu membentuk kualitas diri yang lebih
sempurna untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Manusia
dilahirkan dalam kondisi tidak mengetahui apa-apa, lalu ia tumbuh dan berkembang
untuk mencapai kualitas hidup. Psikologi Islam merupakan salah satu disiplin
yang membantu seseorang untuk memahami ekspresi diri, aktualisasi diri,
realisasi diri, konsep diri, citra diri, harga diri, kesadaran diri, kontrol
diri, dan evaluasi diri, baik untuk diri sendiri atau diri orang lain. Jika
dalam pemahaman diri tersebut ditemukan adanya penyimpangan perilaku maka
Psikologi Islam berusaha menawarkan berbagai konsep yang bernuasa ilahiyah, agar
dapat mengarahkan kualitas hidup yang lebih baik, yang pada gilirannya dapat
menikmati kebahagiaan hidup di segala zaman. Walhasil, mempelajari psikologi
Islam dapat berimplikasi membahagiakan diri sendiri dan orang lain, bukan
menambah masalah baru seperti hidup dalam keterasiangan, kegersangan, dan
kegelisahan.
Psikologi Islam sudah sepatutnya menjadi wacana sains yang objektif, bahkan
boleh dikatakan telah mencapai derajat supra ilmiah. Anggapan bahwa Psikologi
Islam masih bertaraf pseudo-ilmiah adalah tidak benar, sebab Psikologi Islam
telah melampaui batas-batas ilmiah. Objektifitas suatu ilmu hanyalah persoalan
kesepakatan, yang kreterianya bukan hanya kuantitatif melainkan juga kualitatif.
Psikologi Kontemporer telah mendapatkan kesepakatan dari kalangannya sendiri.
Demikian juga Psikologi Islam telah mendapatkan kesepakatan dari kalangan kaum
muslimin. Jika orang lain berani mengedepankan pemikiran psikologi melalui pola
pikirnya sendiri, serta mengklaim keabsahan dan objektifitasnya, lalu mengapa
kita tidak berani melakukan hal yang sama, yaitu mengedepankan pemikiran
Psikologi Islam berdasarkan pola pikir Islam.
Hall dan Lindzey menyatakan bahwa tokoh besar seperti Freud, Jung dan McDougall
tidak hanya berijazah dalam ilmu kedokteran, tetapi juga berpraktek sebagai ahli
psikoterapi. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan psikologi bersumber dari
profesi dan lingkungan praktek kedokteran dan bukan berasal dari penelitian
akademik. Banyak di antara metode dan teknik yang dikembangkan justru menyalahi
dan memberontak terhadap masalah-masalah normatif yang sudah mapan di lingkungan
akademik. Problem seperti ini bukan menjadikan psikologi kepribadan dilupakan,
tetapi malah memiliki implikasi penting dalam pengembangan diskursus-diskursus
lain.[7] Kondisi ini menunjukkan bahwa Psikologi Kontemporer Barat pada mulanya
tidak mengikuti aturan-aturan ilmiah yang berlaku di dunia akademik, tetapi
setelah teori-teori mereka teruji secara empirik dan bermanfaat bagi kehidupan
umat manusia, maka pemikiran mereka diakui sebagai disiplin yang objektif.
Para pemerhati, analis dan peneliti disiplin psikologi akhir-kahir ini telah
membukan jendela untuk ‘mengintip’ wacana yang berkembang di dalam khazanah
Islam.[8] Mereka sadar bahwa Psikologi Barat Kontemporer baru berusia dua abad,
padahal upaya-upaya pengungkapan fenomena kejiwaan dalam Islam telah lama
berkembang. Mereka mengetahui kedalaman materinya, lalu mereka masuk ke dalamnya
dan mencoba mempopulerkannya. Hall dan Lindzey telah menulis satu bab khusus
untuk ‘Psikologi Timur’. Menurutnya, salah satu sumber yang sangat kaya dari
psikologi yang dirumuskan dengan baik adalah agama-agama Timur. Dalam dunia
Islam, para sufi (pengamal ajaran tasawwuf) telah bertindak sebagai para
psikolog terapan.[9] Tasawwuf merupakan dimensi esoteris (batiniah) dalam Islam,
yang membicarakan struktur jiwa, dinamika proses dan perkembangannya, penyakit
jiwa dan terapinya, proses penempaan diri di dunia spiritual (suluk), proses
penyucian jiwa (tazkiyah al-nafs) dan cara-cara menjaga kesehatan mental, dan
sebagainya. Aspek-aspek ini dalam sains modern masuk ke dalam wilayah psikologi.

[1]Frank. J. Bruno, Kamus Istilah Kunci Psikologi, terj. Cecilia G. Samekto,
judul asli, "Dictionary of Key in Psychology",(Yogyakarta: Kanisius, 1989), h.
236-237
[2]Misalnya yang terjadi pada aliran Behaviorisme John Dollard, Neal E. Miller,
B.F. Skinner dari Psiko-operan yang tidak begitu tertarik dengan persoalan
struktur kejiwaan manusia yang menetap dan relatif stabil. Mereka lebih berminat
mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang dapat mengakibatkan respons-respons
tertentu yang pada gilirannya membangkitkan stimulus-stimulus yang memiliki
sifat pendorong. Atau berminat pada tingkah laku yang dapat diubah. Lihat!,
Calvin Hall dan Gardner Lindzey, Teori-Teori Sifat dan Psikobehavioristik,
diterjmahkan oleh Yustinus, judul asli; “Theories of Personality”, (Yogyakarta:
Kanisius, 1993), hh. 320-221,326
[3]Lihat! “Nafsiologi; Suatu Pendekatan Alternatif atas Psikologi” (1986) karya
Sukanto Mulyomartono, kemudian disempurnakan bersama A. Dardiri Hasyim dengan
judul “Nafsiologi; Sebuah Kajian Analitik” (1995); (2) “Nahw 'Ilm al-Nafs
al-Islâmiy” (1979) karya Hasan Muhammad al-Syarqawiy; (3) “‘Ilm al-Nafs
al-Ma’âshir fi Dhaw'i al-Islâm” (1983) karya Muhammad Mahmud Mahmud; (4) “’Ilm
al-Nafs al-Islamiy” (1989) karya Ma’ruf Zarif; dan (5) “al-Qur’an wa ‘Ilm
al-Nafs” (1982) karya Muhammad Usman Najati.
[4]Asas-asas Psikologi Ilahiah; Sistema Mekanisme Hubungan antara Roh dan Jasad
(1990)” karya H.S. Zuardin Azzaino.
[5]Maksud keunikan di sini terutama menyangkut masalah-masalah yang mendasar
(kerangka filosofis) dan bukan masalah-masalah teknis-operasional. Psikologi
Islam tidak akan mentolerir masalah-masalah yang fundamenatal, sebab jika hal
itu diabaikan maka mengakibatkan pengkaburan antara hakekat Psikologi Islam
dengan Psikologi Kontemporer Barat. Sedangkan masalah-masalah
teknik-operasional, Islam tidak banyak menyinggungnya, sehingga tidak ada
salahnya jika mengadopsi dari yang lain. Misalnya dalam pembagian struktur
manusia, Islam tidak menerima teori Sigmund Freud yang membagi struktur jiwa
manusia dengan id, ego, dan super ego. Pembagian ini menafikan alam supra sadar,
sehingga kepercayaan akan Tuhan atau agama dinyatakan sebagai delusi atau ilusi.
Islam mempercayai adanya struktur al-ruh yang berdimensi ilahiyah dan
bersentuhan dengan alam supra sadar, sehingga orang yang beragama merupakan
bentuk tertinggi dari aktualisasi diri kepribadian manusia. Demikian juga
masalah mimpi. Freud dan para psikolog lainnya menyatakan bahwa mimpi hanyalah
produk psikis, sedangkan dalam Islam, mimpi boleh jadi berasal dari produk
psikis, dan boleh jadi dari dunia eksternal seperti dari Tuhan dan syetan. Jika
seseorang tidak percaya adanya mimpi dari dunia eksternal berarti ia tidak
mempercayai sebagian wahyu, sebab sebagian wahyu ada yang diterima oleh Nabi
melalui mimpi. Namun jika persoalan mimpi berkaitan dengan teknik analisis untuk
keperluan terapi, maka tidak ada salahnya jika hal itu diadopsi dari teori Freud
atau psikolog yang lain.

Tranplantasi Organ Tubuh, Boleh Gak?
Dalam dunia kedokteran saat ini, tranplantasi organ tubuh merupakan sebuah
kosakata yang lumrah didengar. Penanaman jaringan/organ tubuh ke dalam tubuh
seorang individu (manusia) telah menjadi suatu kebutuhan dan alternatif
pengobatan modern. Namun, bagaimanakah hukum syar'i mengenai tranplantasi organ
tubuh dalam Islam? Mari kita meniliknya sebentar.
Pada dasarnya, secara umum tidak ada perselisihan dalam hal bolehnya
tranplantasi organ. Hal tersebut telah dibahas dalam Simposium Nasional ke-2
mengenai masalah 'Tranplantasi Organ' yang diselenggarakan oleh Yayasan Ginjal
Nasional pada tanggal 8 September 1995 di PRJ Kemayoran. Hasil simposium
tersebut pun telah disetujui oleh perwakilan dari PB NU, PP Muhammadiyah, MUI,
dan dari berbagai kelompok agama di Indonesia.
Meskipun demikian, penjelasan hukum syariah yang lebih detil diperlukan agar
tidak terjadi generalisasi hukum terhadap permasalahan ini.
Dalam hukum syariah Islam, masalah tranplantasi dibagi menjadi dua bagian besar
pembahasan, yaitu sebagai berikut.

SEPUTAR BEJANA EMAS DAN PERAK
Sesungguhnya agama Islam merupakan agama yang telah sempurna. Agama Islam
bukanlah agama yang hanya mengatur urusan antara seorang hamba dan Tuhannya
saja, namun islam juga mengatur berbagai permasalahan yang berkaitan dengan hal
keduniaan.

MANDI JUNUB SETELAH SAHUR
Seseorang boleh melakukan mandi junub setelah sahur, dalilnya adalah hadits yang
berasal dari Ummu Salamah dan Aisyah, “bahwasanya Rosululloh dalam keadaan junub
ketika masuk waktu fajar, kemudian beliau mandi dan berpuasa.” (HR. Bukhori
Muslim)

SHOLAT JAMAK
Sholat jamak adalah 2 sholat wajib yang dilakukan pada salah satu waktu sholat
wajib tersebut. Contoh: sholat magrib dan sholat isya dilakukan pada waktu
magrib atau pada waktu isya.
Dalilnya adalah sabda Rosululloh shollallahu ‘alahi wa sallam dari Muadz bin
Jabal bahwa Rosululloh shollallahu ‘alahi wa sallam apabila beliau melakukan
perjalanan sebelum matahari condong (masuk waktu sholat zuhur), maka beliau
mengakhirkan sholat zuhur kemudian menjamaknya dengan sholat ashar pada waktu
ashar, dan apabila beliau melakukan perjalanan sesudah matahari condong, beliau
menjamak sholat zuhur dan ashar (pada waktu zuhur) baru kemudian beliau
berangkat. Dan apabila beliau melakukan perjalanan sebelum magrib maka beliau
mengakhirkan sholat magrib dan menjamaknya dengan sholat isya, dan jika beliau
berangkat sesudah masuk waktu magrib,maka beliau menyegerakan sholat isya dan
menjamaknya dengan sholat magrib. (Hadits shohih Riwayat Ahmad, Abu Daud dan

Dari Sahabatku
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Demi masa (detik), sesungguhnya manusia itu
benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat
menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat
menasihati supaya menetapi kesabaran.
(QS. Al 'Ashr 103:1-3)
*****
Terkadang kita butuh kesendirian, sahabatku..
Saat dimana kita butuh ketenangan untuk menata hati
kita, menyesali kesalahan-kesalahan kita, meluruskan
kembali niat kita, memperkokoh jiwa kita, memohon
pada-Nya agar diberi petunjuk ke jalan yang lurus. Rasul pun ber-uzlah,
ber-tahanuts untuk memperoleh petunjuknya
Namun ada kalanya pula kita butuh teman untuk berbagi.
Teman yang tulus untuk mengingatkan dan menguatkan kita.
Siapa sangka insan lemah itu menyimpan masalah yang
dirasa berat dan?. putusan yang diambilnya adalah titik
terpenting dalam hidupnya?!
Siapa sangka insan ceria itu bisa menangis saat
menumpahkan kesedihannya?!
Subhanallah.. Maha Suci Allah..
Yach.. bukankah dunia ini silih berganti dan kehidupan
manusia dipergilirkan?,
ada saatnya kita dihadapkan pada masa-masa sulit, ada
saatnya kita dihadapkan pada masa-masa senang,
ada kalanya kita diberi Allah kemampuan untuk
mengumandangkan Firman-Nya, dan ada kalanya pula Allah menitipkan hidayah-
Nya pada seseorang untuk kita.
Sahabat..
Setiap langkah kehidupan, kita akan senantiasa dicoba,
semakin kita berilmu, semakin banyak pula cobaan yang
kita hadapi.
Dan jangan dikira para ustadz, ustadzah, kiyai, ulama
ataupun siapa saja yang mendalam ilmunya itu hidup
tanpa cobaan yang berarti, justru cobaan atas diri
merekalah lebih berat. Apalagi para Nabi dan Rasul-Nya
Muhammad Saw.
Karena itu.., berbagilah, jika hal itu membuat bebanmu
sedikit berkurang.

Berbagi
sobat yang baik, ... percaya nggak kalau semua pengetahuan bersumber dari alam?
nah kalau ragu biar dech wak kasih tau. singkat cerita ketika suatu kota santri
dimana disana ada segepok santri yang dikumpulkan di lapangan oleh para
syekh...ada ap yaa?
syech menta'limatkan ke semua santri untuk mencari sebuah batu besar di sekitar
perguruan mereka. batu ditemukan dan semua santri bertanya kegirangan melupakan
ap yang disuruh syech. banyak yang bangga dengan dirinya merasa ia lah yang
berjasa menemukan batu itu. okeee....siip dech itu doeloe.
Nmaun syech kembali kumpulkan para santri untuk mengelilingi batu itu dan
menyuruh angkat batu besar itu secara bergantian. termenung dan
terpelongo....hehehehe....mana mungkin syech batu segede itu dapat kami angkat
dengan tenaga yang kami miliki!!!! shttshtsht sok tau lo...
tiba pada giliran satu santri yang syech sembunyikan karena kelebihan yang
dimilikinya yakni ....bukan sok tau tapi santri ini lebih disayangi oleh syech
lebih dari santri lainnya...hehehehe kasiah dech luuu.mang enak
Ia beranikan diri melangkahkan kaki tahap-bertahap kaki ini mengayuh dan tangan
menyambut serta telinga dan mata terbuka menyaksikan si anak ajaib
ini....ternyata ia coba dan terus mencoba hingga tetesan peluh pun tak urungkan
niatnya tuk mencoba angkat batu besar itu. Ya syech,setelah saya coba semampu
dan semaksimal tenaga yang saya miliki ternyata benar batu itu ndak bisa wak
angkat doh!
Hey...kalian liat apa yang diucapkannya wahai santri? INILAH YANG MEMBUATKU
lebih menyayangi ia daripada kalian, GIMANA KALAU seandainya Kalian menyebarkan
syi'ar kebaikan di bumi yang Allah ciptakan ini?????semua terhenyut karena
ternyata sesuatu yang dilakukan tanpa usaha dan merasa pesimis akan merusak jiwa
kepercayaan akan kebaikan yang diserukan kemanpun dan dimanapun wak berada.
Wallaahua'lam Bishshawaab.


Bagaimana Lidah Berpuasa?
Lidah mempunyai cara khusus dalam berpuasa yang dikenal oleh mereka yang
menjauhi perkara sia-sia. Puasa lidah terus berlangsung selama atau di luar
Ramadhan. Tetapi dalam bulan Ramadhan lidah terdidik dan terlatih. Rasulullah
bersabda: ”Hati-hatilah kamu dengan ini, kemudian beliau menunjukkan lidahnya.”
Mu’adz kemudian bertanya: ”Apakah kami akan disikasa terhadap apa yang kami
katakan ya Rasulullah:” Rasulullah menjawab : ”Ibumu kehilangan kamu wahai
Mu’adz. Manusia dilemparkan ke neraka adalah karena akibat lidah mereka.” Bahaya
lidah sangat besar, Abi Bakar pernah memegang lidahnya sambil menangis dan
berkata : ”Ini yang telah mendatangkan banyak hal padaku.” Lidah ibarat binatang
buas yang berbahaya, ular berbisa, dan api yang berkobar. ”Jangan engkau sebut
aib seseorang dengan lidahmu. Setiap kamu mempunyai aib, dan orang-orang punya
lidah.” Ibnu ’Abbas pernah berkata kepada lidahnya : ”Wahai lidah, berkatalah
yang baik, niscaya kamu akan memperoleh untung, atau diam bungkam tak
mengucapkan kata busuk, niscaya kamu akan selamat. Semoga Allah menyayangi
Muslim yang menjaga lidahnya dari perkataan yangkeji, mengikatnya agar tidak
menggunjing orang, dan memeliharanya agar tidak berbuat haram.” Allah menyayangi
orang yang berhati-hati dengan lidahnya, mengendalikan pandangannya, cara
bertuturnya sopan, dan mempertimbangkan apa yang hendak ia katakan. Allah
berfirman : ”Tiada suatu ucapan yang diucapkannya melainkan ada didekatnya
malaikat pengawas yang selalu hadir.”(Qaf : 18) Setiap kata diperhitungkan
dengan cermat dan teliti. ”Dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya
hamba-Nya.” (Fushilat : 46) Hati-hati dengan lidahmu wahai manusia. Jangan
sampai ia menyengatmu, karena ia adalah ular. Demi Allah. Kematian bisa
diakibatkan karena tergelincirnya lidah. Di dalamnya (tergelincir lidah)
terdapat kehancuran dan semuanya kerugian. Oleh karena para salaf terdidik
dengan etika Al-Quran dan As-Sunnah, mereka mempertimbangkan dahulu kata-kata
yanghendak diucapkan, mereka menghormati bicara, bicara mereka adalah zikir,
pandangan mereka adalah pelajaran dan diam mereka adalah berfikir. Oleh karena
orang-orang yang baik takut adzab Allah, saat mereka bertemu dengan Tuha yang
Maha Tunggal dan Perkasa, mereka gunakan lidah untuk mengingat dan bersyukur
kepada-Nya, tidak mengucapkan kata-kata keji, kata-kata busuk, dan kata-kata tak
sopan. Bagaimana mungkin disebut berpuasa orang yang melepaskan tali kekang
lidahnya? Bagaimana mungkin disebut berpuasa orang yang dipermainkan lidahnya,
ditipu ucapannya, diperdaya cara bertuturnya? Bagaimana mungkin disebut berpuasa
orang yang berbohong dan bergunjing, mengobral caci maki dan sumpah serapah dan
melupakan hari kiamat? Bagaimana mungkin disebut berpuasa orang yang memberi
kesaksian palsu, dan tidak berhenti berbuat jahat kepada kaum Muslimin? Hadist
Rasulullah : “Seorang muslim adalah orang yang membuat Muslim lainnya terhindar
dari gangguan lidah dan tangannya.” Islam adalah amalan, implementasi, metode,
kepatuhan, prilaku dan ketaatan. Betapa banyak orang berpuasa merusak puasanya
pada saat lidahnya rusak, cara bertuturnya busuk, dan kata-katanya tercela?
Tujuan puasa bukanlah lapar dan haus, tetapi pendidikan dan latihan. Dalam lidah
–bila terkendali terdapat lebih dari 10 kesalahan. Aibnya adalah berkata bohong,
bergunjing, mengadu domba, berkata kotor, mencela, berkata jahat, saksi palsu,
melaknat, menghina, merendahkan orang dan lain-lain. Betapa banyak kata yang
melemparkan penuturnya ke dalam neraka keranaia meluncurkan kalimat tanpa
kendali. Lidah adalah jalan untuk kebajikan, tapi ia juga jalan untuk kejahatan.
Betapa sangat beruntung orang yang menggunakannya untuk berzikir kepada Allah,
memohon ampun-Nya, bertasbih dan bertaubat. Betapa rugi orang yang
menggunakannya untuk merusak kehormatan orang lain, menodai hal-hal yang
dimuliakan dan merontokkan nilai-nilai. Wahai orang yang berpuasa, basahi
lidahmu dengan zikir kepada Allah, didik ia dengan taqwa, bersihkan ia dari
maksiat. Ya Allah sungguh kami memohon kepadaMu lidah yang jujur, hati yang
bersih dan prilaku yang lurus.
NHI—FUKI Dikutip dari : ”30 Renungan Ramadhan” Dapat diakses juga :
http://suarakebenaran.blogdrive.com


Adab-Adab Penuntut Ilmu
Kategori: Akhlaq dan Nasehat, Manhaj Salaf
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada
Rasulullah, amma ba’du.
Para pembaca yang budiman, menuntut ilmu agama adalah sebuah tugas yang sangat
mulia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang
dikehendaki baik oleh Allah maka Allah akan pahamkan dia dalam hal agamanya.”
(HR. Bukhari)
Oleh sebab itu sudah semestinya kita berupaya sebaik-baiknya dalam menimba ilmu
yang mulia ini. Nah, untuk bisa meraih apa yang kita idam-idamkan ini tentunya
ada adab-adab yang harus diperhatikan agar ilmu yang kita peroleh membuahkan
barakah, menebarkan rahmah dan bukannya malah menebarkan fitnah atau justru
menyulut api hizbiyah. Wallaahul musta’aan.
ADAB PERTAMA : Mengikhlaskan Niat untuk Allah ‘azza wa jalla
Yaitu dengan menujukan aktivitas menuntut ilmu yang dilakukannya untuk
mengharapkan wajah Allah dan negeri akhirat, sebab Allah telah mendorong dan
memotivasi untuk itu. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Maka ketahuilah,
sesungguhnya tidak ada sesembahan yang hak selain Allah dan minta ampunlah atas
dosa-dosamu.” (QS. Muhammad: 19). Pujian terhadap para ulama di dalam al-Qur’an
juga sudah sangat ma’ruf. Apabila Allah memuji atau memerintahkan sesuatu maka
sesuatu itu bernilai ibadah.
Oleh sebab itu maka kita harus mengikhlaskan diri dalam menuntut ilmu hanya
untuk Allah, yaitu dengan meniatkan dalam menuntut ilmu dalam rangka
mengharapkan wajah Allah ‘azza wa jalla. Apabila dalam menuntut ilmu seseorang
mengharapkan untuk memperoleh persaksian/gelar demi mencari kedudukan dunia atau
jabatan maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Barang
siapa yang menuntut ilmu yang seharusnya hanya ditujukan untuk mencari wajah
Allah ‘azza wa jalla tetapi dia justru berniat untuk meraih bagian kehidupan
dunia maka dia tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat.” yakni tidak bisa
mencium aromanya, ini adalah ancaman yang sangat keras. Akan tetapi apabila
seseorang yang menuntut ilmu memiliki niat memperoleh persaksian/ijazah/gelar
sebagai sarana agar bisa memberikan manfaat kepada orang-orang dengan
mengajarkan ilmu, pengajian dan sebagainya, maka niatnya bagus dan tidak
bermasalah, karena ini adalah niat yang benar.
ADAB KEDUA : Bertujuan untuk Mengangkat Kebodohan Diri Sendiri dan Orang Lain
Dia berniat dalam menuntut ilmu demi mengangkat kebodohan dari dirinya sendiri
dan dari orang lain. Sebab pada asalnya manusia itu bodoh, dalilnya adalah
firman Allah ta’ala yang artinya, “Allah lah yang telah mengeluarkan kalian dari
perut-perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan
kemudian Allah ciptakan bagi kalian pendengaran, penglihatan dan hati supaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar